Travelling atau yang disebut jalan-jalan adalah hal yang paling nge-hits belakangan ini. Sejak tiket pesawat lebih terjangkau dan “everyone can fly”, sejak ada beasiswa yang bisa mewujudkan cita-cita ke luar negeri, sejak ada gopro dan media sosial yang bisa menjadi ajang promosi atau sharing, sejak zaman Ibnu Batutah sih sebenernya. Tapi maksud saya, belakangan ini travelling menjadi gaya hidup tersendiri. Bahkan beberapa keluarga (termasuk saya) menganggarkan travelling dalam keuangan keluarga.
Ketika berjalan-jalan, biasanya kita tidak hanya singgah di satu kota, biasanya kita tidak hanya menghabiskan 1 hari. Ada kalanya kita perlu menginap dan berpindah tempat dari satu kota ke kota lain. Bisa menginap di hotel,hostel,atau apartemen (terima kasih kepada Brian Chesky), bisa juga nebeng. Intinya kegiatan travelling tidak lepas dari kegiatan bertamu.
Sebenarnya saya belum menjadi traveller sejati yang sudah menjelajahi berbagai belahan dunia dan melihat keindahan ciptaan-Nya. Saya masih merasa newbie meskipun tidak se newbie dulu. Selain persiapan pribadi, adab juga perlu dipersiapkan dan diperhatikan. Jangan sampai kedatangan kita sebagai tamu meninggalkan kesan menyebalkan dan membuat kapok tuan rumah.
1. Kedatangan.
Pastikan kita berkomunikasi dengan baik dan jelas perihal kedatangan terhadap tuan rumah. Ini penting karena kita bisa memberi waktu kepada tuan rumah untuk mempersiapkan diri menyambut tamu. Yang perlu diberitahu biasanya hari dan jam kedatangan, moda transportasi dan tempat mendarat, dan berapa jumlah orang atau bawaan yang bersama kita. Penting! Jangan berlaku egois dengan seenaknya menentukan jam kedatangan tanpa berkomunikasi terlebih dahulu apakah itu terlalu larut atau terlalu pagi (galak banget ya). Kenapa? Karena belum tentu tuan rumah sanggup menjemput, belum tentu punya kendaraan pribadi, dan belum tentu transportasi umum mudah ditemui. Bila memang terpaksa harus datang di waktu yang sulit (sebab biasanya harganya lebih murah), usahakan kita bersikap mandiri. Entah berusaha mencapai tujuan dengan taxi atau menunggu sebentar di bandara atau stasiun sebelum dijemput. Terlebih bila tuan rumah memiliki bayi sedangkan harus menjemput di larut malam. Bukan hanya si bayi yang terganggu, tetangga juga bisa terganggu. Inilah pentinganya menjalin komunikasi dengan tuan rumah perihal kedatangan. Agar tidak ada yang merasa disulitkan. Ingat ya, mereka sudah berbaik hati lho mau menerima kita.
2. Be light and be prepared!
Selain dokumen penting, baju, dan obat pribadi, hal yang tidak kalah penting adalah sabun cuci baju dan kantong plastik. Ketika travelling, kita tidak mungkin membawa seluruh isi lemari untuk memenuhi kebutuhan pakaian. Ada teknologi bernama detergent dan kantong plastik (atau kantong kain juga boleh supaya ramah lingkungan) yang berguna agar kita bisa mencuci pakaian dalam (setidaknya) secara mandiri dan tidak bergantung pada jadwal mencuci tuan rumah. Penting! Jangan sampai kita seolah-olah menyuruh tuan rumah mencuci pakaian kita, dan jangan sampai kita meninggalkan pakaian (dalam) kotor (atau belum kering) di tuan rumah karena kita tidak membawa kantong baju kotor !!!! Setinggi apapun pendidikan kita, hal satu itu sukses menciptakan kesan “iyuuuhh” pada tuan rumah meskipun ia berkata baik-baik saja.
Bawalah baju secukupnya dengan teknik menggulung. Itu akan membuat baju lebih rapi dan menghemat banyak ruang. Plus, kita tidak perlu bawa setrika ! Jika kita travelling bersama bayi, pastikan membawa cukup popok, susu (atau botol susu), mainan kecil, obat pribadi, termometer dan baju ganti. Untuk popok, sedikit dilebihkan tidak masalah, tapi bawalah baju secukupnya (tidak perlu semua dibawa). Ingat, travelling bersama bayi bukan berarti harus repot dan membawa banyak barang.
3. Jika ada dokumen yang perlu dipersiapkan terkait travelling, persiapkan dengan baik. Misalnya aplikasi visa yang membutuhkan beberapa dokumen pendukung dari negara asal. Biasanya kita perlu berkoordinasi dengan tuan rumah terkait dokumen tersebut. Penting!!! Jangan mempersiapkan dalam injury time sehingga membuat panik semua kalangan. Alasan tidak sempat dan tidak punya waktu sudah terlalu basi untuk didengar.
Ayolah, lagi-lagi ini bukan tentang pendidikan tinggi, ini tentang seberapa baik kita bisa mengatur diri sendiri.
Biasanya yang mempersiapkan di waktu yang mepet cenderung tidak sopan dan memarahi tuan rumah dalam bertanya, padahal kemepetan itu diciptakannya sendiri akibat suka menunda pekerjaan.
4. Jaga kebersihan dan kerapian rumah termasuk ketika meninggalkan baik untuk sementara atau setelah usai menginap. Terutama kamar tidur, dapur, dan kamar mandi yang merupakan ruang penting dalam memenuhi kebutuhan primer. Bila tuan rumah memiliki kamar mandi kering, jangan jadikan ia basah. Keringkan kembali bekas mandi kita. Dan jangan protes kenapa tuan rumah memiliki kamar mandi kering (nah kenapa jadi tamunya yang protes). Penting! Langsung cuci kembali piring dan bekas makan kita. Ringankan pekerjaan tuan rumah.
5. Meminta izin dan meminta arahan sejak awal. Misalnya terkait penggunaan kamar mandi, mesin cuci, dapur, penghangat ruangan, dan hal-hal penting lainnya. Pertama kali datang, hal yang perlu ditanyakan adalah kapan boleh ke kamar mandi dan dapur. Sebab itu terkait dengan privasi dan kebutuhan tuan rumah.
Patuhi peraturan, percayakan pada tuan rumah, dan terima sajian yang disiapkan tuan rumah. Kita adalah tamu yang singgah, sepantasnyalah mematuhi peraturan yang ada. hindari sok tahu apapun posisi dan setinggi apapun pendidikan kita.
Penting! Jangan minta ini itu bila tuan rumah telah menyiapkan sajian. Selain memberatkan, hal itu membuat tuan rumah merasa tidak dihargai. Jangan sampai kita lancang mengusik apa yang dimasak tuan rumah, terlebih lancang menggunakan dapur sebelum minta izin hanya karena ingin makan sesuatu (di luar sajian yang disiapkan). Mungkin niat kita baik untuk bisa berinteraksi dengan tuan rumah, tapi tidak semua orang suka dicampuri dapurnya tanpa izin.
6. Jika tuan rumah memiliki bayi, jaga otoritas orangtuanya dan kebersihan kita. Jangan langsung menggendong bayi bila kita baru saja datang!! Cuci tangan dulu dong karena bayi masih sangat rentan dengan penyakit dan kuman yang kita bawa dari perjalanan jauh. Mohon izin sebelum menggendong atau mengajak bermain, kecuali sudah dipercayakan. Jangan memberi kebiasaan baru seperti memberi makanan manis, gendong sana sini, atau kebiasaan lain yang bisa menyulitkan orang tuanya sepulang kita.
Selucu apapun, ia tetap anak orangtuanya, bukan anak kita. Pastikan orangtuanya mengizinkan kita terlebih dahulu.
7. Membawakan buah tangan untuk tuan rumah meskipun tidak diminta. Ini adalah wujud terima kasih dan sopan santun. Jangan datang dengan tangan kosong.
8. Bila harus pergi bersama tuan rumah, pastikan kita yang lebih dulu siap. Jangan sampai agenda tuan rumah jadi terhambat karena kita menunda dalam persiapan diri. Lebih baik, komunikasikan dan sepakati waktu keberangkatan sejak awal agar sama-sama bisa menyiapkan diri sendiri.
9. Berterima kasih karena telah diijinkan menginap dan meminta maaf untuk hal-hal yang kurang berkenan setelah mengakhiri masa menumpang.
Sedekat apapun hubungan kita dengan tuan rumah, tamu adalah tamu. Menjadi tamu yang beradab adalah cerminan moral yang baik.
Regards,
Yosay Aulia
No comments:
Post a Comment