Sunday, 23 October 2011

Menulis Untuk Siapa ?

Menulis adalah kegiatan saya yang menjadi hobi sejak kelas 4 SD. Hobi menulis saya bermula ketika saya melihat serial “Lupus” di TV – serial yang diangkat dari novel era 80-90 an karya Hilman Hariwijaya. Suatu kali ada agenda Lulu, adik Lupus, menulis diari untuk menumpahkan curahan hatinya. Pikiran kana-kana saya waktu itu membayangkan, asik juga yaaa bias nulis di diari gitu, keren deh. Maka pada suatu kesempatan, saya pergi ke toko buku dengan Ayah saya, yang merupakan manifestasi dari hobi membaca sejak kelas 2 SD, saya membeli buku diari pertama saya bergambar Mickey Mouse warna hijau. So cute ! by the way, saya ngefans banget sama tokoh kartun legendaries itu. That’s why my blog named fansofmickeymouse… hehhehe…

Oke lanjut ttg diari pertama… nulis apa ya ??

Tulisan saya yang pertama adalah ttg sahabat, yang menjadi korban adalah Nafilia Ibrahim. Ahahahha… mau maunya dia. Gak deng. Awalnya nia bilang gini “yosi (waktu itu nama yosay belum lahir), tulis ttg aku dong.. jadi kalo pas udah gede kamu baca tulisan itu dan kita ketemu lagi, tulisan itu akan ngingetin kamu ttg sahabat kamu (nia)” à sweet banget ya…

Oke, aku tulis.. judulnya “Nia sahabatku” .. (aduh, senyum2 sendiri ingetnya. Konyol)

Tulisan selanjutnya tentang Amien Rais !! ahahahha… ini lebih kocak lagi.. inti tulisan itu adalah aku nge fans sama Pak Amien. Ya, kondisi politik tahun 98 yang merupakan awal masa reformasi banyak diperankan oleh Amien Rais yang menjadi Bapak Reformasi Indonesia. Waktu itu, Pak Amien menjabat sebagai Ketua MPR RI. Saya mengungkapkan kekaguman saya tentang kearifan dan keberanian beliau sebagai pemimpin...

Diari pertama saya berlanjut dan habis ketika saya kelas 6 SD.

Kemudian muncul diari kedua..

Ketiga..

Keempat..

Sampai akhirnya sekarang diari kedelapan..

Apa yang saya tulis ? kenapa saya senang sekali menulis ?

Ada quote menarik dari seorang dosen TTKI saya kala TPB, Pak Amas Suryadi. Katanya “Menulis adalah proses berpikir yang paling jujur

Setelah saya pikir2, tepat sekali. Ada banyak aspek yang terekspresikan dari sebuah tulisan. Proses berpikir, latar belakang pikiran tersebut, perspektif penulis terhadap suatu topik, dan pesan yang ingin disampaikan. Proses berpikir terlihat dari ketepatan pemilihan bahasa, narasi, dan sistematika penulisan. Latar belakang, persprektif, dan pesan terlihat dari arah tulisan tersebut, suasana yang mendominasi, dan nilai yang ditekankan. Maka tak heran bila kepribadian seseorang dapat ditebak dari tulisannya.

Kenapa bukan berbicara ? bukankah berbicara adalah ekspresi proses berpikir juga ?

Ya, berbicara adalah proses berpikir, bahkan dapat terlihat secara “live” oleh orang di sekitarnya. Tapi, menurut saya, tulisan tetap proses yang lebih jujur. Sebab ketika berbicara, kita harus mempertimbangkan perasaan orang lain, kondisi audiens, atau topic pembicaraan saat itu; singkatnya, kita berhadapan dengan orang lain, maka kita “berusaha” untuk tampil dengan kata-kata yang menarik. Berbeda halnya dengan menulis. Ketika menulis, kita hanya berhadapan dengan pulpen dan kertas atau laptop. Adakah orang lain yang memperhatikan segala proses tersebut secara rinci dan “live” ? kecuali untuk penelitian, saya pikir tidak ada. Maka ketika menulis, kita “hanya” berhadapan dengan diri kita sendiri. Saat itulah kita jujur terhadap apa yang kita rasakan dan apa yang kita pikirkan. Kita menjadi diri kita sendiri.

Oleh karena menulis adalah proses berpikir yang paling jujur, saya senang sekali melakukannya. Dan saya sering mengajak teman-teman untuk menulis. Karena kita berlaku jujur kepada diri sendiri. kita bisa mengekspresikan perasaan, pikiran, gagasan, mimpi, target kehidupan, kegalauan (hahahha), koreksi diri, dan curhat.

Setidaknya, saya sudah menuai manfaat menulis. Saya pernah menjuarai beberapa kompetisi menulis puisi waktu SMP. Oh, kadang-kadang saya pengen membuat buku dari diari tersebut. Meskipun agak pribadi, tapi saya bisa “memantau” perkembangan emosi dan kedewasaan saya. Saya juga bisa mengingat kembali mimpi-mimpi yang saya tuliskan dan itu membuat saya semangat kembali. Saya bisa mengukur sejauh mana saya merencanakan kehidupan dan menikmatinya..

Penulis-penulis terkenal juga banyak memberikan pemikiran, imajinasi, dan pengaruh bagi pembacanya. Penulis yang baik selalu membawa pesan moral bagi pembacanya.

Saya jadi berpikir untuk mengajarkan anak saya kelak untuk menulis.. menulis apapun, supaya ia belajar untuk jujur dalam mengekspresikan perasaannya.

Jadi, menulis untuk siapa ? utamanya memang untuk diri sendiri. Tapi tahukah kamu? Bahwa tulisan yang jujur sangat menyenangkan dan dapat menginspirasi pembacanya. Jadi, menulislah dengan jujur agar tulisan kita tak hanya menjadi ekspresi pribadi; namun juga menjadi inspirasi yang membawa manfaat bagi orang lain. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya ?

2 comments:

  1. Mantap yosay.. Menulis memang menjadi ajang untuk ekspresikan sesuatu...nice post!!

    ReplyDelete
  2. yoii ucul... ayo lanjutkan menulis !! :)

    ReplyDelete