Thursday 26 July 2012

Catatan Ramadhan 1433 #1


Semoga hari ke-6 tidak terlalu telat untuk posting ini yaa.. hihii

Bagi saya, Ramadhan selalu bermakna sama. Yakni adalah fasilitas yang diberikan Allah agar saya bisa bersikap jujur pada diri sendiri, pada nurani. Saya teringat dengan ucapan imam masjid Al Istighna Islamic Village, Ust. Naziri. Beliau mengatakan bahwa “Kalau kamu ingin melihat jati diri seseorang yang sesungguhnya, lihatlah ketika Ramadhan. Karena saat itu ia murni tanpa bisikan setan”
Logis.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila telah masuk bulan Ramadhan, terbukalah pintu-pintu surga dan tertutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan pun terbelenggu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu] (dari sini)

Inilah kondisi yang ideal. Untuk beribadah, menjadi abdi Allah, beramal, berbagi, dan tentunya mengendalikan hawa nafsu. Maka tak pelak, Ustadz Naziri bisa mengatakan hal demikian.

Mengendalikan hawa nafsu. Ya, manusia tak lagi bisa menyalahkan setan atas tindak kejahatan atau kesia-siaan perbuatannya. “Setan-setan telah ditahan dari menggodamu, maka jangan lagi kamu menjadikan setan sebagai alasan dalam meninggalkan ketaatan dan melakukan maksiat”.“ (Fathul Bari)

Semuanya ada pada kendali penuh manusia. Manusia, dengan nuraninya, semestinya bisa membedakan kebaikan dan keburukan, manfaat dan kesia-siaan. 
Maka jujurlah pada diri sendiri, sudahkah menjadi manusia penuh manfaat. Proses bertanya itulah yang membutuhkan kejujuran nurani, dan saat itulah kita menjadi sangat butuh berduaan dengan Pencipta. Berdua saja. Nurani kita memang selalu butuh disucikan dari daya pikat dan segala perbuatan yang beratas namakan duniawi -- yang hanya permainan. Kita perlu jujur tentang kekhilafan manusiawi, keserakahan, dan niat yang tidak lurus. Akui, mohon ampun, lalu perbaiki. Jujurlah pada nurani, agar ia tidak tertutupi oleh dosa-dosa yang terlalu lama diabaikan.


Oh, ngomong-ngomong tentang nurani yang dapat membedakan kebaikan dan keburukan (furqan), ini bukan kata saya lho.. ini kata Allah


Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al Anfal :29)


cukup jelas kan ? :) 


Ramadhan adalah cara Allah memfasilitasi hamba-Nya untuk mengenal dirinya sendiri. Untuk mengerti alasan penciptaannya. Untuk mengerti bahwa totalitas pengabdian kepada Allah adalah kebutuhan jiwanya. Maka satu-satunya musuh manusia ketika Ramadhan adalah : dirinya sendiri.
Sehingga tersabdalah perjuangannya lebih berat daripada kemenangan Badar.



Masih ada 20 hari lebih tersisa, Selamat menemukan jati diri, jujurlah pada nurani. Ia selalu mengajak kepada kebaikan J

Regards,
@yosay_aulia

2 comments:

  1. Makna Furqan di QS Anfal 29 bukan ditafsirkan secara jelas yang artinya "Nurani", melainkan makhraja (jalan keluar), fathan (penaklukan kota musuh), nashran (kemenangan), atau najâtan (keselamatan).

    Lebih jelasnya lagi, mutasir menyamakan makna Furqan sama dengan cahaya yang ada di QS. Hadid yang bermakna ilmu dan hidayah guna membedakan antara kebenaran dan kebatilan.

    Mohon dibedakan. Jazakallah.

    http://ilmuislam2011.wordpress.com/2012/03/18/pesan-terpenting-bagi-manusia-tafsir-al-anfal-29/

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih utk komennya lamda, jd nambah ilmu. hehe.. tapi, maksudku sama kok dg yg tertulis di link itu.. :')

      ada perbedaan redaksi, tapi maksudnya sama. "furqân adalah cahaya di hati yang dipakai oleh orang bertakwa untuk membedakan antara perkara-perkara yang meragukan dimana kebenaran masih tampak kabur dan belum kentara."

      hatur nuhun

      Delete