Semoga hari ke-6 tidak terlalu telat untuk posting ini yaa.. hihii
Bagi saya, Ramadhan selalu bermakna
sama. Yakni adalah fasilitas yang diberikan Allah agar saya bisa bersikap jujur
pada diri sendiri, pada nurani. Saya teringat dengan ucapan imam masjid Al
Istighna Islamic Village, Ust. Naziri. Beliau mengatakan bahwa “Kalau kamu
ingin melihat jati diri seseorang yang sesungguhnya, lihatlah ketika Ramadhan.
Karena saat itu ia murni tanpa bisikan setan”
Logis.
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila telah masuk bulan Ramadhan, terbukalah pintu-pintu
surga dan tertutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan pun terbelenggu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu] (dari sini)
Inilah kondisi yang ideal. Untuk beribadah,
menjadi abdi Allah, beramal, berbagi, dan tentunya mengendalikan hawa nafsu. Maka
tak pelak, Ustadz Naziri bisa mengatakan hal demikian.
Mengendalikan
hawa nafsu. Ya, manusia tak lagi bisa menyalahkan setan atas tindak kejahatan
atau kesia-siaan perbuatannya. “Setan-setan telah ditahan dari menggodamu, maka jangan lagi
kamu menjadikan setan sebagai alasan dalam meninggalkan ketaatan dan melakukan
maksiat”.“ (Fathul Bari)
Semuanya ada pada kendali penuh
manusia. Manusia, dengan nuraninya, semestinya bisa membedakan kebaikan dan
keburukan, manfaat dan kesia-siaan.
Maka jujurlah pada diri sendiri,
sudahkah menjadi manusia penuh manfaat. Proses bertanya itulah yang membutuhkan
kejujuran nurani, dan saat itulah kita menjadi sangat butuh berduaan dengan
Pencipta. Berdua saja. Nurani kita memang selalu butuh disucikan dari daya
pikat dan segala perbuatan yang beratas namakan duniawi -- yang hanya
permainan. Kita perlu jujur tentang kekhilafan manusiawi, keserakahan, dan niat
yang tidak lurus. Akui, mohon ampun, lalu perbaiki. Jujurlah pada nurani, agar
ia tidak tertutupi oleh dosa-dosa yang terlalu lama diabaikan.
Oh, ngomong-ngomong tentang nurani yang dapat membedakan kebaikan dan keburukan (furqan), ini bukan kata saya lho.. ini kata Allah
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al Anfal :29)
Oh, ngomong-ngomong tentang nurani yang dapat membedakan kebaikan dan keburukan (furqan), ini bukan kata saya lho.. ini kata Allah
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al Anfal :29)
cukup jelas kan ? :)
Ramadhan adalah cara Allah memfasilitasi hamba-Nya
untuk mengenal dirinya sendiri. Untuk mengerti alasan penciptaannya. Untuk
mengerti bahwa totalitas pengabdian kepada Allah adalah kebutuhan jiwanya. Maka
satu-satunya musuh manusia ketika Ramadhan adalah : dirinya sendiri.
Sehingga
tersabdalah perjuangannya lebih berat daripada kemenangan Badar.
Masih ada 20 hari lebih tersisa, Selamat menemukan jati
diri, jujurlah pada nurani. Ia selalu mengajak kepada kebaikan J
Regards,
@yosay_aulia
Makna Furqan di QS Anfal 29 bukan ditafsirkan secara jelas yang artinya "Nurani", melainkan makhraja (jalan keluar), fathan (penaklukan kota musuh), nashran (kemenangan), atau najâtan (keselamatan).
ReplyDeleteLebih jelasnya lagi, mutasir menyamakan makna Furqan sama dengan cahaya yang ada di QS. Hadid yang bermakna ilmu dan hidayah guna membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Mohon dibedakan. Jazakallah.
http://ilmuislam2011.wordpress.com/2012/03/18/pesan-terpenting-bagi-manusia-tafsir-al-anfal-29/
makasih utk komennya lamda, jd nambah ilmu. hehe.. tapi, maksudku sama kok dg yg tertulis di link itu.. :')
Deleteada perbedaan redaksi, tapi maksudnya sama. "furqân adalah cahaya di hati yang dipakai oleh orang bertakwa untuk membedakan antara perkara-perkara yang meragukan dimana kebenaran masih tampak kabur dan belum kentara."
hatur nuhun