Thursday, 10 February 2011

renungan malam-malam.

sebenarnya apa yang saya tuliskan disini adalah hasil perenungan saya semalam sebelumnya. Tetapi, karena saya terserang mual-mual sbeleum tidur, alhasil saya tidak sanggup menuliskannya di blog. heheh.

Lalu, apa gerangan renungan saya ?

Renungan saya adalah tentang almh Ibu Ainun Habibie. Tiba-tiba saya teringat dengan liputan mata najwa yang bertajuk "separuh jiwaku pergi". Acara yang dibawa oleh Najwa Shihab tersebut, host favorit saya, meliput kehidupan Ibu Ainun dengan Pak Habibie sejak bertemu hingga beliau wafat. Kepiawaian Najwa membawa alur pembicaraan face to face dengan Pak Habibie berpadu dengan pernyataan Pak Habibie yang jujur dari hati menghasilkan suasana yang sangat mengharukan dan berkesan; terutama bagi saya yang seorang perempuan. Kesan lain yang mendalam bago saya pribadi adalah peran Ibu Ainun dalam memberi nama sekolah (MAN) tempat saya bersekolah dulu, yang didirikannya bersama Pak Habibie, Insan Cendekia. Guru-guru saya bercerita bahwa nama tersebut adalah doa Ibu Ainun bagi siswa-siswi penerus bangsa agar menjadi insan yang cerdas, cendekia, dan bertaqwa. Bagus ya doanya..

Nah, saat ini saya ingin membahas tentang kesan saya terhadap Ibu Ainun sebagai seorang perempuan; terutama sebagai istri dan ibu.

Ada beberapa cerita mengenai Habibie-Ainun yang selalu sukses membuat saya menangis terharu (cerita tersebut diungkapkan di mata najwa dan buku Habibie-Ainun); diantaranya adalah kisah tentang kesetiaan Pak Habibie mendampingi Ibu Ainun di detik-detik terakhirnya dan cerita tentang tangis Ibu Ainun, ketika sedang kritis, yang ternyta adalah tangis kekhawatiran terhadap kesehatan suaminya. Subhanallah; kesetiaan yang tulus luar biasa.

Ada juga pernyataan Ibu Ainun kepada Pak Habibie yang secara implisit mendukung setiap langkah karya suaminya, tertulis di buku Habibie-Ainun. Pernyataan tersebut adalah
"The big you, and the small I". Setelah saya pikir2, artinya dalam juga. Pernyataan tersebut menyiratkan dukungan seorang istri yang merendah, meskipun memiliki kompetensi yang berkualitas sama, untuk mendukung kemajuan suaminya.

*interupsi sebentar, saya mau menghapus air mata dulu*

*oke lanjut*

Saya akan melampirkan (via hyperlink) puisi Pak Habibie yang dibuatnya selepas kepergian Ibu Ainun. Puisi tersebut ada di tumblr saya sih, ya sekalian promosi spaya sekalian visit tumblr saya. haha. Udah dibuka kan ?? hehe.

Nah, saya kutip sepenggal bait deh.
namamu Ainun….
yang mengorbankan karir doktermu
demi engkau menginginkan kedua putramu
menjadi doktor-doktor yang handal dan perkasa
betapa ikhlas kau meninggalkan masa depan cemerlang itu..
karena rangkulan ibu kepada anak kau anggap jauh lebih bermakna
itu yang selalu kau katakan kepadaku…
selalu saja kau anggap karir suami jauh lebih penting..
masa depan anak demikian pula…

penggalan puisi tersebut sejalan dengan pernyataan Ibu Ainun "The big you and the small I". Beliau merendah, padahal mungkin beliau seorang achiever juga seperti suaminya, untuk memenangkan hati suaminya untuk mendidik anak-anaknya. Itulah profil seorang ibu, seorang istri shalihah penyejuk mata, penenang hati..

ada lagi

Namamu Ainun..
penuh kesabaran menghadapi dunia yang semrawut ini..
tatkala hujatan batu menggelinding di atas kepala
menimpa suami terkasihmu dan keluarga besarmu…
matamu tetap lembut cantik menatap dunia
dipenuhi ayat-ayat suci menggema
karena kau tak pernah lepas dari kedua hal sakral itu..
bersujud senantiasa, dan membuka lembar demi lembar kitab sucimu…
kadang hanya setengah berbisik..
kau mengaji di sudut rumah dengan begitu khusyuk…
karena kau tahu persis segalanya menjadi sumringah bila dilawan dengan doa
serta tawakal yang penuh tersebar di hati…
Ibu Ainun adalah penenang jiwa, penyejuk kegundahan hati, terutama hati suaminya. Sebab beliau percaya bahwa suaminya mampu memberikan karya terbaik, pengabdian tertulus, dan sebagai seorang istri, beliau mendoakannya dengan penuh khusyu dan tulus.

Kisah cinta ini, yang berpadu dengan pengetahuan saya tentang kisah Muhammad-Khadijah, buku-buku relationship woman-man, dan pengamatan saya terhadap pengalaman lain memberikan saya satu pemahaman baru:

bahwa seorang suami adalah pemenang, seorang istri adalah penenang.
hm, lebih generalnya seorang laki-laki adalah pemenang dan perempuan adalah penenang. kalo kata buku2 yang saya baca, ego laki2 adalah pada karir (pencapainnya), dan ego perempuan adalah pada keluarganya..

Menurut saya, itulah yang ideal. Sebab Tuhan saja telah mengajarkan kepada kita, melalu kearifan ciptaan-Nya; yakni peristiwa ovum dan sperma. Temen2 tahu kaaan.. Ya, Ovum tetap tenang menunggu, dijaga baik-baik dalam rahim yang tenang. Sperma memenangkan kompetisi, memenangkan ovum untuk menghasilkan karya nyata (hemm agak aneh). Bisa dibayangkan kalau ovum juga ingin bertemu dengan sprema dan bergerak-gerak aneh random, atau sperma hanya diam pasif tidak berjuang? Ya, kehidupan di dunia ini hanya terbatas di cerita Adam dan Hawa saja.

Begitu pula dalam suatu doa, di salah satu ayat Alquran:

Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiena imaamaa.”

Artinya:
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang2 yang bertakwa.” (QS 25:74)

menurut saya sih, penyenang hati itu adalah perempuan (ya laki-laki juga boleh); dan imam itu adalah laki-laki (kayaknya yang ini insyaAllah udah pasti)..

Lalu, bagaimana untuk seorang perempuan achiever, seperti saya. haha..
dulu saya bingung lho. karena saya menganggap bahwa achievement hanya sebatas karir. Oh, tetapi bukan itu. Achievement bisa lebih luas lagi, termasuk dalam membangun keluarga, tombalk peradaban bangsa. Bila kita seorang achiever, maka achievement kita adalah keluarga sakinah mawaddah warrahmah, sekaligus berkarya nyata bagi kehidupan masyarakat tanpa melalaikan kewajiban sebagai istri dan ibu. Dan sebelum saya menikah, semoga Allah mengizinkan saya menjadi achiever terhadap cita-cita saya... amiiinnn... (tapi nikahnya semoga disegerakan juga ya Allah.. ^^)

oke. case closed !

cover novel Habibie & Ainun

kebingungan saya sudah terjawab. Terima kasih, Allah.. untuk pencerahan ini.

untuk laki-laki, jadilah pemenang; perempuan, jadilah penenang.

No comments:

Post a Comment