Friday, 6 November 2015

Sopan Santun

Groningen, 2015
 
Pagi ini, ketika saya hendak keluar rumah menuju posyandu untuk keperluan vaksinasi Fatih, saya bertemu mbak tukang pos bersepeda melewati kami dan menyapa "kring kring goedemorgen". Oke, kring kring adalah bel sepedanya, bukan panggilan saya. Goedemorgen artinya selamat pagi. Saya balas dengan sapaan yang sama dan ketika meninggalkannya saya ucapkan "fijne dag", have a nice day.
 
Beberapa meter sebelum tiba di posyandu, mobil dan sepeda berhenti sebelum zebra cross untuk memberi kami jalan. Hal yang sama terjadi pada penyebrang pada umumnya terutama orang tua dan orang yang membawa anak-anak.
 
Sebelum masuk posyandu, kami dibukakan pintu oleh bapak paruh baya agar kami bisa lewat. Selain karena budaya, tebakan saya beliau tahu bahwa kedua tangan saya sudah cukup repot mendorong stroler.
 
Saat tiba di posyandu, petugas mengucapkan goedemiddag, artinya selamat siang. Kami pun membalas. Setelah menimbang dan mengukur panjang, kami dipanggil bidan masuk ke ruangan untuk proses vaksinasi. Di ruangan kami berbincang tentang banyak hal terutama perkembangan Fatih. Mulai dari kebiasaan makan, perkembangan bayi, dan kebiasaan tidur. Semua diawali dengan pertanyaan "do you have something to ask" atau saya yang bertanya "can I ask you something" lalu akan dijawab "yes, tell me". Mereka mau mendengarkan dan memberi jawaban semampu mereka. Termasuk ketika ada perbincangan ini
 
"Berapa lama kamu disini, apakah kamu suka Groningen?"
"Ya, saya suka. Orangnya baik dan sopan. Saya akan 4 tahun disini"
.
.
.
"Apakah kamu berbahasa Belanda disini?"
"Hehe. Pertanyaan bagus. Sebenarnya saya ingin, tapi saya belum menemukan tempat yang cocok"
"Saya juga tidak tahu, tapi teman saya bekerja di sini, mungkin dia bisa kasih info tentang itu. Setelah vaksinasi kamu bisa ingatkan saya untuk tanya dia ya."
.
.
.
Setelah vaksinasi.
"Terima kasih, mungkin kamu mau tanyakan ke teman kamu"
"Ohiya benar. Saya tanya ya"
"Ini brosurnya. Tempatnya disini dan ini gratis lho."
(Wow asik)
"Oke makasih ya. Dada sampai jumpa"
 
Sketsa sederhana yang sering saya rasakan selama merantau di sini. Kesopanan bersikap dan bertutur. Bahasa menunjukkan budi, mungkin benar adanya.
 
Meskipun norma atau budaya kesopanan bisa berbeda satu sama lain, tapi hal-hal sederhana ini tentu dihargai. Semudah sapaan pagi siang sore, ucapan terima kasih, membukakan pintu, menolong hingga tuntas, memberi kesempatan orang untuk keluar lift bus kereta lebih dulu sebelum masuk, mengetuk pintu sebelum masuk, membuat janji dan menepatinya, membuang sampah pada tempatnya, atau menahan diri untuk tidak mencampuri urusan pribadi.
 
Personally, yang saya suka dari pengalaman selama disini, adalah budaya diskusi yang sopan. Bertanya, berpendapat, dengan sopan. Meskipun straight to the point, tapi mereka berusaha untuk tetap sopan. Menunjukkan kelas pribadi yang berbeda (kata om Mario Teguh).
 
Di ajaran agama saya, sopan santun juga menjadi hal penting dan dicantumkan dalam Alquran. Bahkan Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlaq.
 
Tulisan ini tidak bertujuan mengatakan bahwa bangsa X lebih sopan daripada bangsa XKuadrat. Sebenarnya setiap bangsa memiliki fitrah kesopanannya masing-masing, tetapi pasti ada oknum yang bersikap tidak terpelajar di pelosok manapun. Saya ingin memberi highlight bahwa sopan santun adalah nilai yang disukai semua orang, maka selayaknya semua orang (terutama saya) bersikap demikian. Lahir batin. Sikap ucap. Kepada tua muda. Secara vertikal dan horizontal.
 
Selamat melihat ke dalam. Selamat berbenah di jumat berkah. Semoga semakin sopan dan santun dalam sikap lahir batin. Vertikal horizontal. Dan sangat mungkin bahwa kesopanan lahir dari sikap rendah hati.
 
Sebab sopan santun dirindukan semua kalangan, mungkin ada baiknya kita menjadi jawaban kerinduan itu.
 
 
Regards,
Yosay aulia

No comments:

Post a Comment