- istri yang shalihah
- ibu yang patut diteladani
- pendidik yang berdedikasi
- penulis yang inspiratif
- pengusaha yang dermawan
Saya tidak pernah menyangka bahwa keputusan saya untuk menuntut ilmu di negeri ini, bersakit-sakit menahan kerinduan terhadap keluarga dan tanah air, berjuang mengalahkan kemalasan ketika cuaca buruk menerjang, dan beradaptasi dengan sistem yang sama sekali berbeda akan menjadi jalan tercepat bagi saya untuk mencapai cita-cita saya. Mungkin saya tidak lantas menjadi super jenius atau konglomerat sejagat sepulang dari sini, tapi di sini saya bahagia sekali mengenal banyak ragam manusia dan terdedah dengan berbagai kesempatan pengembangan diri. Ya, meskipun saya tidak sim sala bim memiliki panti asuhan (misalnya), saya disini belajar untuk ke arah sana.
Salah satu anugerah terbaik dalam hidup saya di sini adalah berkesempatan menjadi kakak asuh di KPMI kids. Sedikit cerita, KPMI adalah Keluarga Pengajian Muslim Indonesia di Belgia. Secara rutin, KPMI mengadakan pengajian bulanan di aula KBRI. Saat itu, para keluarga muslim Indonesia yang tinggal di Belgia berkumpul bersilaturahmi dan bermajelis di jalan Allah, pun beserta anak-anak mereka. Kegiatan ini pun sering ditunggu oleh anak-anak yang bisa berkumpul dan bertemu dengan teman-temannya. Bermain apa saja tanpa ada pertengkaran. Seru deh. Namun sayangnya, seringkali kegiatan mereka kurang terarah dan kadangkala memberi sensai kericuhan khas anak-anak di tengah pengajian yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, KPMI kids diadakan. Untuk memberi wadah kegiatan bagi mereka, dan memberi nilai kepada mereka. Jadi bukan hanya orang tua yang mendapatkan value dr pengajian, anak2nya pun juga.
Saya dengan senang hati menerima tawaran Kak Andi, pengasuh KPMI kids yang sebenarnya dalah dosen FSRD ITB, untuk bergabung dengan kegiatan ini. Sebab dua hal, saya sudah rindu bermain dengan anak-anak (dulu di IC saya menjadi guru sekolah ahad, namun di ITB saya tidak terjun ke dunia pendidikan) dan saya ingin memenuhi janji saya kepada diri sendiri.
Biasanya, saya menjadi kakak pendamping ketika Kak Andi "mengajar" di kelas KPMI kids. Tapi Sabtu ini, Kak Andi berhalangan hadir sehingga digantikan oleh saya seorang. Glek ! Saya masih tidak habis pikir bagaimana caranya mengendalikan anak-anak yang super aktif dan cerdas ini, dengan perangai yang tidak seperti anak Indonesia kebanyakan. Ya, mereka lebih berani berpendapat dan bebas berekspresi. Apalagi kendala bahasa belanda saya yang masih acak-acakan. Haduh haduh...
Namun akhirnya saya bisa ! Dibantu oleh Teh Dian yang jago berbahasa Belanda, saya bisa mengambil hati anak-anak itu. Saya belajar menjadi ibu. :)
Well, ini ada beberapa komentar para orang tua mengenai fenomena ini kepada saya.
"Yosi emang suka anak-anak ya ? kerja apa ? (mungkin dikira saya guru TK) Biasanya Amelie hanya memilih orang tertentu untuk bisa bermain. Ini baru sekali ketemu yosi langsung suka" -Mbak Mia
"Saya yakin Yosi bisa, karena per HATI an adalah unsur penting dalam pendidikan" -Kak Andi
"Udah berapa anaknya yos ? Salah sendiri suka anak-anak.." -Kak Lely, meledek saya.
Untuk pengalaman berharga kemarin, Alhamdulillah... Inilah hikmahnya Kak Andi ga bisa hadir, saya jadi "tertantang" untuk menyentuh hati mereka. Dan ternyata benar, bahasa anak-anak di seluruh dunia dengan berbagai perangai sama : cinta.
Regards,
@yosay_aulia
ciciciciiyeeeyyy
ReplyDeleteudah cucok jadi Ibu yes mbak mar
mbak mar, dikasih foto dooongs postingannya ;) pasti jd makin seru. apalagi ada anak2 kecil itu foto2nya pasti unyu2 yesss hihi
Cieee... yohaay...
ReplyDeleteUdh makin siap jadi ibu nih,, ya ditunggu lah undangannya sama bapaknya anak2...
Semoga dimudahkan...
ReplyDelete